X

Profil Pendiri

Pendiri GPKdI : Pdt Daniel O. Koesnadi & Logo Awal GPKdI


PENGGALAN KISAH HIDUP SEORANG PERINTIS GPKDI
Alm. Pdt. Daniel O. Kusnadi


Perjalanan GPKdI tidak terlepas dari kisah hidup seorang hamba Tuhan yang bernama Daniel O. Kusnadi. Sekalipun beliau telah meninggalkan kita 12 tahun yang lalu, namun nama serta semangat hidupnya masih menyala sampai hari ini. Alm. Pdt. Daniel Kusnadi lahir di Bandung pada tahun 1946 anak ke-3 dari 6 bersaudara. Daniel O Kusnadi memiliki seorang istri yang bernama Hetty Luwita dan 3 orang putra yaitu Johannes M Chandra, Julius P. Chandra dan Robert Erizo Kusnadi. Ketika beliau masih hidup, mungkin sebagian orang mengenalnya sebagai hamba Tuhan yang sangat sibuk dalam pelayanan karena  begitu mengasihi Tuhan dan pekerjaan Tuhan, namun menurut keluarga dan alumni siswa Alkitab ternyata beliau juga memiliki  hobi  membaca, memancing dan berenang.

Sekalipun beliau tidak pernah menerima panggilan Tuhan secara khusus atau supranatural, namun beliau begitu yakin dengan panggilan Tuhan dalam hidupnya sebagai hamba Tuhan fulltime. Baginya panggilan Tuhan adalah respon atas kasih Tuhan yang besar yang ia rasakan dalam hidupnya. Kasih Allah yang menguasai hatinya menimbulkan kerinduan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang berdosa, mendorongnya  untuk mengikuti pendidikan sekolah Alkitab untuk melengkapi pelayanannya. Tepatnya di  tahun 1968 beliau mulai terlibat dalam pelayanan sebagai pengerja di sebuah gereja di Tangerang. Tahun 1970 beliau merintis gereja lokal sendiri di Batu Ceper  (daerah Gajah Mada), sebagai cikal bakal GPKdI.

Memenangkan sebanyak mungkin jiwa bagi Tuhan

Nama Gereja Pantekosta Kharismatika di Indonesia merupakan nama yang Alm. Daniel Kusnadi dapatkan setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Amerika. Ini terjadi karena beliau rindu gereja ini mengalami terus pegalaman Pentakosta dan jemaat dapat bergerak dalam karunia rohani seperti yang diberikan Roh Kudus kepada setiap orang. Sejak berdirinya GPKdI beliau memiliki visinya adalah “Memenangkan sebanyak mungkin jiwa bagi Tuhan”. Itulah sebabnya beliau pernah mengatakan secara khusus visi kepada GPKdI Jelambar adalah memenangkan 1000 jiwa. Jumlah tersebut saat ini sudah terpenuhi, walaupun akhirnya tidak semua berjemaat di Jelambar. Mereka tersebar di gereja-gerja cabang GPKdI dan ada pula yang berada di gereja lain.

Karunia kerasulan yang dimilikinya juga membuat beliau berani dalam membuka cabang gereja GPKdI di perumahan-perumahan baru. Ia tidak pernah takut untuk memulai perintisan di tempat yang baru, jika ditemukan atau didapati satu keluarga saja yang menjadi jemaat atau hasil dari penginjilannya, maka itu telah menjadi modal bagi beliau untuk membuka bakal gereja di tempat tersebut. Perjalanan imannya dalam meyakini janji Tuhan begitu besar, ini dapat dilihat dari pembangunan gedung gereja GPKdI di Jelambar juga keyakinannya dalam membeli lahan atau tempat bagi gereja-gereja cabang GPKdI. Semuanya itu terjadi di ruang doanya dan keberaniannya dalam membayar harga. Beliau menyadari bahwa pekerjaan Tuhan yang besar tidak bisa dilakukannya seorang diri. Itu sebabnya untuk mempersiapkan pekerja-pekerja di lading misi yang memiliki semangat dan nilai juang yang sama, beliau mendirikan Sekolah Alkitab ITK.

Alm. Daniel O. Kusnadi dikenal sebagai hamba Tuhan yang dekat dengan jemaat. Beliau bersama istri selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi jemaat setiap hari, terlebih mereka yang tidak datang ibadah di hari minggu. Sebelum ibadah beliau menyempatkan diri untuk menyalami dan menyapa setiap jemaat, bahkan beliau mengenal mereka satu persatu. Itulah sebabnya jemaat mula-mula di Jelambar merasa memiliki hubungan yang dekat dengan beliau. Jemaat, pelayan Tuhan dan siswa Alkitab mengenalnya sebagai seorang pendoa. Beliau banyak menghabiskan waktunya selain untuk kunjungan adalah untuk berdoa. Siswa-siswi ITK mengenalnnya dan meneledaninya sebagai pribadi yang sangat konsisten dengan kehidupan rohani. Beliau berdoa puasa dengan teratur. Memiliki daftar doa yang terus didoakan tanpa henti. Cinta dan kesungguhannya dalam berdoa menyebabkan  banyak doa dari pergumulan jemaat yang di bawa kepada Tuhan, mengalami jawaban-jawaban doa.

Memenangkan jiwa baginya adalah denyut nadi, begitu sangat penting. Bersama dengan istri setiap hari berkeliling dari rumah ke rumah, ke pasar, ke tempat–tempat yang baru untuk memperkenal Injil kepada banyak orang. Semangat ini yang menyebakan beliau juga mendirikan Sekolah Kristen Immanuel pada saat pembangunan gedung gereja juga masih berlangsung. Tentunya ini dibutuhkan keberanian yang besar untuk melakukannya. Sebab membangun sekolah bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya dibutuhkan tempat, namun juga sumber daya untuk mengajar dan mengelola sekolah tersebut. Itu sebabnya ketika Sekolah Kristen Immanuel didirikan, beliau sendiri dan istri yang mulai mengajar di sekolah ini, sebagai harga yang harus dibayar. Hal ini dilakukan karena beliau melihat bahwa melalui sekolah penginjilan bisa dilakukan. Sekolah adalah ladang penginjilan yang besar, karena banyak jiwa bisa di menangkan.

Tahun 2002 ketika sedang berkotbah di sebuah gereja GPKdI mendadak beliau mengalami stroke. Sejak itu kondisi kesehatan beliau terus menurun dan mengalami ketidaksadaran yag cukup lama. Sampai akhirnya beliau dipanggil Tuhan pada tahun 2004. Tentunya semua jemaat GPKdI bukan saja jemaat lokal di Jelambar namun seluruh jemaat sinode GPKdI merasa kehilangan. Kehilangan seorang sosok bapak bagi anak–anak rohani yang dimenangkannya, sebagai hamba Tuhan yang telah menjadi teladan dalam perjuangan bagi pekerjaan Injil.  Tentunya semua sangat berduka saat itu terutama keluarga, namun satu hal yang kita percaya bahwa kepergiannya seperti benih yang ditanam yang akan menghasilkan tanaman yang lebih banyak lagi. Dikemudian hari pemimpin-pemimpin baru dilahirkan di GPKdI dan sinode ini mengalami perkembangan sampai saat ini.

Bila kita melihat perkembangan GPKdI saat ini itu semua juga merupakan buah dari pendahulu-pendahulu kita yang telah membuat sejarah dan menanamkan fondasi yang kuat di GPKdI. Generasi saat ini mungkin tidak mengenal secara pribadi Alm. Daniel O. Kusnadi, tapi nama itu tetap akan disebut dalam sejarah GPKdI. Beliau bukan manusia yang sempurna sama seperti kita memiliki banyak kelemahan, namun kehidupannya telah menjadi warisan berharga bagi generasi selanjutnya secara khusus di GPKdI. Mari kita meneladani hal-hal baik yang telah diwariskannya dan mengembangkannya bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus.